Rabu, 15 Mei 2013

ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY A KALA I-IV DENGAN PERSALINAN NORMAL
DI BPS NY HARTINING. S,Amd.Keb
PLOSO-JOMBANG
logo-unipdu-warna3
Oleh:
NURUL LAIFA
7209033
PRODI D3-KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT Karen dengan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul ASUHAN KEBIDANAN PADA NY A KALA I-IV DENGAN PERSALINAN NORMAL DI BPS NY HARTINING. S,Amd.Keb PLOSO-JOMBANG.
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik dalam rangka menyelesaikan program praktek akademik kebidanan Darul Ulum-Jombang. Terselesainya penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan semua pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Hj. Sabrina Dwi Prihartini, Skm. Selaku ketua prodi DIII Kebidanan Darul Ulum-Jombang
2. Hartining, S,Amd. Keb. Selaku pembimbing ruangan
3. Murfi Hidamansyah, SST selaku dosen pembimbing
4. dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini
Dengan terselesainya laporan ini penulis mennyadari bahwa banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penyusun berharap semoga laporan asuhan kebidanan ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca.
Jombang, 26 Mei 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari sudut praktis, memimpin persalinan adalah suatu seni, walaupun memerlukan ilmu obsteri yang harus diketahui penolong. Oleh karena itu dukun beranak masih mempunyai peranan penting dan memerlukan pendidikan dan latihan, terutama dinegara-negara berkembang.
Pertanyaan yang sering diajukan pada ibu hamil adalah bolehkah bersalin di rumah atau di rumah sakit? Walaupun 85% persalinan berjalan normal, namun 15 %-nya dijumpai komplikasi yang memerlukan penanganan khusus. Antenatal care yang baik dapat mencegah komplikasi dan mencoba menjawab pertanyaan diatas. Masalah dinegara berkembang adalah tentang fasilitas rumah sakit, ketengan, sosio-budaya da sosio-medis masih memegang peranan dibandingkan dengan Negara-negara maju. (Sinopsis Obstetri 1998:101)
Dari fenomena diatas penulis tertarik untuk memberikan asuhan kebidanan secara cepat dan tepat karena jika ibu bersalin tidak mendapatkan asuhan persalinan normal, maka ditakutkan akan terjadi komplikasi dalam persalinan baik pada ibu maupun bayi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan varney sesuai dengan kasus ibu bersalin normal serta mendapatkan pengalaman dalam menangani masalah.
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan mahasiswa dapat :
1) Memahami teori persalinan
2) Melaksanakan pengkajian pada kasus persalinan normal
3) Mengidentifikasi diagnosa/ masalah kebidanan berdasarkan data subjektif dan data objektif
4) Menentukan masalah potensial yang mungkin terjadi
5) Menentukan kebutuhan segera
6) Menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk menangani kasus persalinan normal
7) Melaksanakan perencanaan yang telah dilakukan
8) Mendokumentasikan secara benar
C. Batasan Masalah
Masalah yang penulis ambil adalah asuhan kebidanan pada Ny A Kala I-IV dengan persalinan normal di BPS Ny. Hartining, Ploso-Jombang


BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Teori Persalinan
I. Pengertian
a. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri) yang dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Sinopsis Obstetri 1998 : 91 )
b. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu, persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (Asuhan Persalinan Normal 2008 : 37)
c. Persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi (janin dan Uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau malalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba 1998 : 157 )
d. Jadi Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (bayi, plasenta dan selaput ketuban) keluar dari uterus ibu.
II. Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut :
a. Persalinan spoontan
Bila persalinan sepenuhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang dilahirkan sebagai berikut:
a. Abortus
- terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kanduangan.
- Umur hamil sebelum 28 minggu.
- Berat janin kurang dari 1000gr
b. Persalinan prematuritas
- Persalinan sebelum umur 28 sampai 36 minggu.
- berat janin kurang dari 2,499gr
c. Persalinan aterm
- Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu
- Berat janin diatas 2,500gr
d. Persalinan serotinus
- Persalinan melampaui umur hamil 42 minggu.
- Pada janin terdapat tanda maturitas.
e. Persalinan presipitatus
Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3jam (Manuaba 1998 : 157)
f. Persalinan partus imaturus
Penghentian kehamilan sebelum janin viable atau berat janin kurang dari 1000gr atau kehamilan dibawah 28 minggu. (Sinopsis Obstetri, 1998:92)
Gravida dan Para
a. Gravida adalah seseorang wanita yang sedang hamil
b. Prini gravid adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama.
c. Para adalah seseorang wanita yang pernah melahirkan bayi viable.
d. Nullipara adalah seseorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable.
e. Primipara adalah seorang wanita yang pernah mekahirkan bayi hidup untuk pertama kali.
f. Multipara atau pleuripara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viable beberapa kali (sampai 5 kali)
g. Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati (Sinopsis Obstetri 1998 : 92)
III. Sebab-Sebab Yang Menimbulkan Persalinan
a. Teori penurunan hormon. minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormone esterogen dan progesteron. Progesterone bekerja sebagai penegang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul His bila kadar kolesteron turun.
b. Teori plasenta menjadi tua : akan menyebabkan turunnya kadar-kadar esterogen dan progesterone yang menyebabkan kekejang pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim : raahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter
d. Teori iritasai mekanik dibelakang serviks terletak gangguan servikale (flexus franken hauser) bila gangguan ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus
e. Induksi partus (induction of labour). Partus dapat pula ditimbukan dengan jalan:
Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frans ken hauser.
Amniotomi: pemecahan ketuban
Oksitosin drips pemberian oksitosin menurut tetesan per infus (Sinopsis Obstetri 1998:92)
IV. Permulaan Terjadinya Persalinan
Dengan penurunan hormone progesteron menjelang persalinan dapat terjadi kontraksi. Kontraksi otot rahim menyebabkan:
1. Turunnya kepala masuk pintu atas panggul, terutama pada primigravida minggu ke 36 dapat menimbulkan sesak dibagian bawah diatas simpisis pubis dan sering ingin kencing atau susah kencing karena kandung kemih tertekan kepala.
Bidang hodge.
Bidanng-bidang hodege ini dipelajari untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah janin turun dalam panggul, dalam persalinan.
- Bidang hodge 1 : ialah bidang datar yang melalui bagian atau sympisis dan promontorium bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul.
- Bidang hodge 2 : ialah bidang sejajar dengan Bidang hodge 1 terletak dibagian bawah sympisis
- Bidang hodge 1 : ialah bidang yang sejajar dengan Bidang hodge 1 dan Bidang hodge 2 terletak setinggi spina isciadika kanan dan kiri.
- Bidang hodge 4 : ialah bidang yang sejajar dengan Bidang hodge 1,2 dan 3 terletak setinggi os koksigis.
bidang-hodge1
(Ilmu Kebidanan 2008:105)
2. Perut lebih melebar karena fundus uteri turun.
3. Terjadi perasaan sakit didaerah pinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan tertekannya pleksun frankenhouser yang terletak sekitar serviks (tanda persalinan palsu- false labour)
4. Terjadi perlunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim
5. Terjadi pengeluaran lendir dimana lendir penutup seviks dilepaskan (Manuaba 1998:160)
V. Tanda Persalinan
Gejala persalinan sebagai berikut:
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
His paling tinggi di fundus uteri yang lapisan ototnya paling tebal dan puncak kontraksi terjadi simultan diseluruh bagian uterus. Sesudah tiap his. Otot-otot korpus uteri menjadi lebih pendek dari pada sebelumnya yang disebut sebagai refraksi. Oleh karena serviks kurang mengandung otot, serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan), lebih-lebih jika ada tekanan oleh bagian janin yang keras. Umpamanya kepala.
(Ilmu Kebidanan 2008:290)
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :
- pengeluaran lendir
- lendir bercampur darah
3. Dapat disertai ketuban pecah
4. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks.
- Pelunakan serviks
- pendataran serviks
- terjadi pembukaan serviks
(Manuaba 1998:160)
Factor-faktor penting dalam persalinan adalah:
1. Power
- his (kontraksi oto rahim)
- kontraksi otot dinding perut
- Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan .
- Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum
2. Pasanger
- janin, plasenta
3. Passage
- jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang.
(Manuaba 1998:160)
VI. Mekanisme Persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu :
1. Kala I : Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm.
2. Kala II : Kala pengeluaran janin janin, waktu uterus dengan kekuatan his tambah.
3. Kala III : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran
4. Kala IV : mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam
(Sinopsis Obstetri 1998:94)
Diagnosis kala dan fase persalinan
Gejala dan tanda
Kala
Fase
Serviks belum berdilatasi
Seviks berdilatasi kurang dari 4 cm
Seviks berdilatasi 4-9 cm
- Kecepatan pembukaan 1 cm atau lebih perjam
- Penurunan kepala dimulai
Serviks membuka lengkap (10 cm)
- Penurunan kepala berlanjut
- Belum ada keinganan untuk menekan
Serviks membuka lengkap (10 cm)
- Bagian terbawah telah mencapai dasar panggul
- Ibu meneran
Persalinan palsu/belum inpartu
1
1
11
11
Laten
Aktif
Awal
(non ekspulsif)
Akhir
(ekspulsif)
(Maternal Neonatal, 2002:N-7)
1. Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatan) hingga serviks membuka lengkap (10 cm) kala satu persalinan terdiri atau dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif
a. Fase laten
- Dimulai sejak awal berkontrasksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
- Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
- Pada umumnya, fase laten berlangsung hamper atau hingga 8 jam.
- Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik.
b. Fase aktif
- Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi di anggap adekuat / memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
- Dan pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nuli para atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
- Terjadi penurunan bagian terbawah janin
(Asuhan Persalinan Normal, 2008:38)
Dalam buku-buku, proses membukanya serviks disebut dengan berbagai istilah: melembek (softening), menipis (thinned out), obblitrasi (obblitrated) mendatar dan tertarik keatas(effaced and taken up) dan membuka (dillatation).
Fase-fase yang dikemukakan diatas menjumpai pada primigravida bedanya dengan multigravida:
Primi
Multi
Serviks mendatar (effacement) dulu baru dilatasi
Mendatar dan membuka bisa bersamaan
Berlangsung 13-14 jam
Berlangsung 6-7 jam
(Sinopsis Obstetri, 1998:95)
Frekuensi minimal penilaian dan intervensi dalam persalinan normal
Parameter
Frekuensi pada fase laten
Frekuensi pada fase aktif
Tekanan darah
Setiap 4 jam
Setiap 4 jam
Suhu badan
Setiap 4 jam
Setiap 2 jam
Nadi
Setiap 30-60 menit
Setiap 30-60 menit
Denyut jantung janin
Setiap 1 jam
Setiap 30 menit
Kontraksi
Setiap 1 jam
Setiap 30 menit
Pembukaan serviks
Setiap 4 jam
Setiap 4 jam
Penurunan
Setiap 4 jam
Setiap 4 jam
Pemeriksaan dalam
Pada setiap pemeriksaan dalam, catatlah hal-hal sebagai berikut:
- Warna cairan amnion
- Dilatasi serviks
- Penurunan kepala (yang dapat dicocokan dengan periksa luar)
Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin diagnosis inpartu belum dapat ditegakkan.
- Jika terdapt kontraksi yang menetap, periksa ulang wanita tersebut setelah 4 jam, untuk melihat perubahan pada serviks. Pada tahap ini jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita tersebut dalam keadaan inpartu, jika tidek terdapat perubahan, maka diagnosisnya adalah persalinan palsu.
Pada kala II persalinan lakukan pemeriksaan dalam setiap jam.
Penurunan kepala janin menurut system persalinan
Perikasa dalam
Keterangan
= 5/5
Kepala diatas PAP mudah digerakan
= 4/5
H= I-II
Sulit digerakan, bagian terbesar kepala belum masuk kedalam panggul
= 3/5
H=II-III
Bagian terbesar kepala balum masuk panggul
= 2/5
H=III+
Bagian terbesar kepala sudah masuk panggul
=1/5
H=III-IV
Kepala didasar panggul
=0/5
H=IV
D1 Prerinium
(Maternal Neonatal, 2007:N-9)
2. Kala II
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama. Kira-kira 2-5 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ke ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pasa otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris yang menimbulkan masa mengedan karena tekanan pada rectum, ibu seperti merasa mau buang air besar, dengan terasa tanda anus membuaka pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan. Vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan lahirlah kepala dengan diikuti badan rahim (Sinopsis Obstertri 1998:95)
3. Kala III
Setelah kala II kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit dengan lahirnnya bayi, sudah melepaskan plasenta.
Lepasnya plasenta sudah diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda dibawah ini:
- uterus menjadi bundar
- uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim
- tali pusat bertambah panjang
- terjadi perdarahan
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara creede pada fundus uteri
4. Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan:
Tingkat kesadaran penderita
Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan
Kontraksi uterus
Terjadinya perdarahan
Perdarahan dianggap normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc. (Manuaba 1998:166)
Lamanya perdarahan pada primi dan multi adalah
Kala
Primi
Multi
I
II
III
13 jam
1 jam
jam
7 jam
jam
jam
Lama Persalinan
14 jam
7 jam
(Sinopsis Obstetri. 1998:97)
B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
I. Pengkajian
1. Data Subjektif
Tujuan: mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis untuk mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai. (Asuhan Persalinan Normal 2008:38)
Tanyakan pada ibu
Nama, umur dan alamat
Gravida dan para
Hari pertama haid terakhir
Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
Riwayat alergi obat-obatan tertentu
Riwayat kehamilan sekarang
- Apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan antenatal? Jika ya periksa kartu antenatalnya (jika mungkin)
- Pernahkah ibu mendapat masalah selama kehamilannya (misalnya perdarahan, hipertensi)?
- Kapan mulai kontraksi teratur? Seberapa sering terjadi kontraksi?
- Apakah ibu masih terasa gerakan bayi?
- Apakah selaput ketuban sudah peceh? Jika ya apa warna cairan ketuban? Apakah kental atau encer? Kapan saat selaput ketuban pecah? (periksa perinium ibu untuk memeriksa cairan ketuban di pakaiannya)
- Kapankah ibu terakhir kali makan atau minum?
- Apakah ibu mengalami kesulitan untuk berkemih?
Riwayat kehamilan sebelumnya
- Apakah da masalah selama persalinan atau kelahiran sebelumnya (bedah caesar, persalinan dengan ekstraksi vakum atau vorseps, induksi oksitosin, hipertensi yang diinduksi oleh kehamilannya, preeklampsi/eklampsia, perdarahan pasca persalinan)?
- Berapa berat badan bayi yang paling besar pernah ibu lahirkan?
- Apakah ibu mempunyai bayi bermasalah pada kehamilan/ persalinan sebelumnya?
Riwayat medis lainnya (masalah pernafasan, hipertensi, gangguan jantung, berkemih, dll)
Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau nyeri epigastrium bagian atas). Jika ada periksa tekanan darahnya dan protein dalam urine ibu
Pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas atau berbagai bentuk kekhawatiran lainnya.
(Asuhan Persalinan Normal 2008:39)
Riwayat perkawinan
Ditanyakan kawin berapa kali, umur/lama perkawinan, jaral perkawinan dengan kehamilan, perkawinan pada masyarakat pedesaan sering terjadi pada usia muda, yaitu sekitar usia menarche resiko melahirkan BBLR sekitar 2 kali lipat dalam 2 tahun setelah menarche disamping itu akan terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Semua ini akan menyebabkan kebanyakan wanita di negara berkembang mempunyai TB yang pendek. (Soetyningsih, 1995:96)
Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Ditanyakan apa yang ibu konsumsi selama inpartu
b. Eliminasi
Karena adanya perubahan pada alat perencanaan maka ada kemungkinan untuk menimbulkan obstipasi. Hal ini dapat dicegah dengan menghindari makanan yang dapat menimbulkan obstipasi
c. Istirahat/tidur
Waktu istirahat harus lebih lama dari pada keadaan biasa bagi wanita hamil membutuhkan 10-11 jam.
d. Kebersihan
Kebersihan meliputi kebersihan tubuh. Pakaian dan lingkungan, menjaga kebersihan sangat penting agar kesehatan ibu tetap terpelihara.
Data psikologis
Wanita hamil diharapkan selalu disertai perasaan aman dan tenang dalam menghadapi kehamilan dan persalinannya yang akan datang. (Perawatan Ibu di Puskesmas, DepKes RI: hal 81)
Latar belakang sosial budaya
- Pada wanita hamil dari golongan sosial ekonomi rendah pada umumnya tergolong kategori resiko besar
- Adanya pantangan wanita hamil tentang makanan tertentu dapat mengakibatkan kekurangan gizi pada ibu hamil
- Pada masyarakat tradisional, wanita mempunyai status yang lebih rendah dibandingkan laki-laki, sehingga kurang energi protein (KEP) pada wanita lebih tinggi dengan akibat tingginya angka kematian bayi.
(Soetyningsih, 1995:96)
2. Data Objektif
1 Pemeriksaan umum
- Bagaimana keadaan umum penderita, keadaan gizi, kelainan bentuk badan, kesadaran.
- Adanya anemia, cynose, loterus atau dypnoe
- Keadaan jantung dan paru-paru
- Reflek terutama lutut
- Tanda-tanda vital
Tidak boleh mencapai 140/90 mmHg, perubahan 30 sistole dan 15 diastole diatas tensi sebelum hamil menekankan toxemia gravidarum. Pernafasan normal 80-90 x/menit. Suhu dalam batas normal 36,5-37,5oc.
- Berat badan
- Pemeriksaan laborat, meliputi air kencing, darah dan feses
(Obstetri Fisiologi, Fak Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung:157)
2 Pemeriksaan khusus
Inspeksi
a. Kepala
Meliputi keadaan rambut, warna pada sklera mata, warna konjungtiva.
b. Leher
Apakah ada pembesaran kelenjar tyroid bila ibu menderita hypertiroidisme maka dapat mempengaruhi kehamilan yaitu kehamilan berakhir dengan keguguran, persalinan prematur dapat terjadi kompensasio kordir, terutama kala pengusiran. ( Manuaba 1998:283)
c. Dada
- Payudara menjadi lebih besar
- Apakah air susu pada ibu sudah keluar?
- Apakah puting susu menonjol?
d. Perut
- Menentukan tinggi fundus uteri
- Memantau kontraksi uterus
- Memantau denyut jantung janin
- Menentukan presentasi
- Menentukan penurunan bag. Terbawah janin
(Asuhan Persalinan Normal 2008:40)
e. Genetalia
Dilakukan vagina toucher meliputi:
- Pengeluaran pada vulva
- Pembukaan
- Effecement
- Apakah ketuban sudah pecah atau belum
- Begian terendah pada janin
- Bagian terkecil janin
- Bagian terdahulu
- Hodge
Palpasi
a. Leher : apakah ada pembesaran kelenjar tyroid atau vena jugularis
b. Payudara : apakah ada benjolan abnormal, colostrum keluar atau tidak
c. Abdomen : raba kontraksi uterus dan frekuensinya dalam 10 menit
Leopold I : untuk menentukan TFU dan bagian janin dalam fundus
Leopold II : untuk menentukan batas samping rahim kanan/kiri, letak punggung janin
Leopold III : untuk menentukan bagian terbawah janin apakah sudah masuk PAP
Leopold IV : untuk menentukan bagian terbawah janin seberapa jauh sudah masuk PAP.
II. Interpretasi Data/diagnosa
a. Diagnosa (dibedakan antara kala I, kala II, kala III, dan kala IV) dasar (data subjektif, objektif)
b. Masalah
c. Kebutuhan (sesuai dengan diagnosa/masalah yang ditemukan)
III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah potensial sesuai dengan masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk di konsultasikan tau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien.
V. Merencanakan Asuhan Menyeluruh
Menyusun rencana yang menyeluruh dengan rasional meliputi:
1. Terapi dan asuhan
2. Pendidikan kesehatan
3. Konseling
4. Kolaborasi (bila diperlukan)
5. Rujukan (bila diperlukan)
6. Tindak lanjut
VI. Implementasi
Melakukan rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah V
VII. Evaluasi
Dilakukan evaluasi dari keefektifan dari asuhan yang diberikan
- Tanggal/jam
- Subjektif : data yang diambil dari pasien
- Objektif : hasil pengkajian dari petugas kesehatan
- Assesment : merupakan diagnosa dari pemeriksaan subjektif dan objektif
- Planning : menentukan rencana tindakan selanjutnya


BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY A KALA I-IV DENGAN PERSALINAN NORMAL
DI BPS NY. HARITINING. S, Amd. Keb
PLOSO-JOMBANG
Tanggal pengkajian : 9 mei 2011
Jam : 14:00 Wib
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas Klien
Nama : Ny A Nama Suami : Tn S
Umur : 29 th Umur : 35 th
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekarjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Swasta
Alamat : Klagen pandaan- Alamat : Klagen- Pandaan
Jombang
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng sejak pukul 12.00 wib tanggal 9 mei 2011 dibagian perutnya, serta mengeluarkan darah bercampur lendir, lalu dibawa kebidan jam 14.00 tanggal 9 mei 2011.
b. Perasaan
Ibu mengatakan merasa cemas dalam menghadapi proses persalinan nanti, karena kelahiran anak ketiga ini sangat dinanti-nantikan oleh ibu, suami maupun keluarga.
c. Tanda- tanda persalinan
Kontraksi : ada
Frekuensi : 4x dalam 10 menit
Kekuatan : 20-40 menit
Lokasi ketidak nyamanan : perut samapai kepinggang
Sejak tanggal : 9 mei 2011 jam 12.00 wib
d. Pengeluaran pervaginam
Darah lendir : ada
Air ketuban : utuh
Darah : ada
Jumlah : 25 cc
Warna : merah
e. Masalah-masalah khusus
tidak ada
f. Riwayat kehamilan sekarang
- Selama hamil periksa ke bidan
- Mulai periksa pertama kali= tanggal 10-09-2010 (trimester sejak usia kandungan 1 bulan)
Frekuensi : TM I : 1X
TM II : 3X
TM III : 9X
HPHT : 11-08-2011
TP : 18-05-2011
Imunisasi TT : 5 kali
Keluhan :
- Trimester I : Mual dan muntah
- Trimester II : Tidak ada keluhan
- Trimester III : Tidak ada keluhan
Terapi yang diberikan
- Trimester I : etabion (1×1), calcimega (1×1) diminum habis
- Trimester II : etabion (1×1), calcimega (1×1), diminum habis
- Trimester III : Neurodex (2×1), diminum habis
g. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu.
No
Umur
UK (mgg)
Jenis kelamin
tempat
komplikasi
Bayi
Nifas
ibu
bayi
PB/BB
keadaan
Laktasi
Keadaan
1.
10 th
40
perempuan
BPS
-
-
49/3000
Baik
+
Baik
2.
1 hari
34
Laki-laki
RS
-
prematur
40/1700
meninggal
-
baik
3.
Hamil ini
-
-
-
-
-
-
-
-
h. Riwayat menstruasi
- Menarche : 12 tahun
- Siklus : teratur, 28 hari selama 7 hari
- Banyaknya : hari ke 1-4 2 kotex/ hari, 5-7 1 kotex/hari
- Dismenorhoe : kadang-kadang sebelum haid
- Flour albus :tidak ada
i. Riwayat kesehatan yang lalu
ibu menyatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan penyakit menurun seperti DM, Hipertensi, asma, dan penyakit jantung.
j. Riwayat kesehatan keluarga
ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan penyakit menurun seperti DM, hipertensi dan penyakit menurun seperti asma.
k. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi
Sebelum hamil : makan : 2-3X/ hari dengan nasi, sayur, ikan
Minum : 7-8 gelas dengan air putih
Saat hamil : makan : 3X/ hari dengan nasi, sayur, ikan, buah
Minum : 8 gelas air putih, satu gelas susu/hari
Saat inpartu : makan : nasi, sayur, lauk.
Minum : satu gelas teh, satu gelas susu, segelas air putih
2) Pola eleminasi
Sebelum hamil : BAK: lancar 5x/ hari, warna kuning, bau khas
BAB: 1x /hari warna kuning, konsistensi lunak, bau khas
Saat hami : BAK: 6-7x/hari warna kuning, bau khas
BAB : 1x/ hari warna kuning, konsistensi lunak, bau khas
Saat inpartu : BAK: 1x/ hari warna kuning, bau khas, banyaknya. 250cc
3) Pola istirahat dan tidur
Sebelum hamil : Tidur siang jam 12.00-13.00 ( 1 jam / hari)
Tidur malam jam 21.00-04.00 (7-8 jam/hari)
Saat hamil : Tidur siang jam 12.00-13.30 (1-2 jam/ hari)
Tidur malam jam 21.00-04.30 (7-8 jam/ hari)
Saat inpartu : Ibu belum tidur sama sekali
4) Pola kebiasaan diri
Sebelum hamil : mandi 2x/hari, keramas 2x/ minggu dan gosok gigi 2x/ hari
Saat hamil : mandi 3x/ hari, keramas 3x/ minggu dan gosok gigi 2x/ hari
Saat inpartu : ibu belum mandi, hanya saja ibu membersihkan daerah yang terkena urine dan darah.
5) Pola aktivitas
Sebelum hamil : ibu biasa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri seperti menyapu, mencuci dan memasak.
Saat hamil : ibu biasa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri tetapi tidak terlalu berat.
Saat inpartu : ibu biasa ke kemar mandi sendiri untuk urine dan membersihkan darahnya.
6) Pola seksualitas
Sebelum hamil : frekuensi 2x/ minggu
Saat hamil : frekuensi 1x/ minggu dan ibu mengurangi frekuensinya saat kehamilan menginjak 17 bulan keatas.
Saat inpartu : ibu belum pernah melakukan aktifitas seksualnya.
l. Pengkajian psikologi
keadaan cukup baik yang didukung kehadiran keluarganya
m. Pengkajian social
ibu mengatakan hubungan dengan suami, keluarga dan tetangga cukup baik
n. Pengkajian spiritual
ibu mudah dituntun untuk mengingat sang pencipta dan melantunkan lafadz-lafadz Allah SWT
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Status emosional : Terkoordinasi
2. Tanda- tanda vital
Tensi : 120/80 mmtlg
Nadi : 80x/ menit
Suhu : 36,5
Pernafasan : 20x/ menit
Berat badan : 58 Kg
Tinggi badan : 150 cm
3. Inspeksi
Kepala : rambut bersih agak bergelombang, hitam, tidak berketombe, kulit kepala bersih
Muka : tidak ada oedem
Mata : simetris, sclera putih, konjungtiva merah muda, pergerakan bola mata normal
Hidung : tidak ada secret, tidak ada polip dan pernafasan cuping hidung.
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak tampak lecy
Mulut : mukosa bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kel Tyroid
Payudara : simetris, hiperpigmentasi areola, puting susu menonjol, terdapat colostrum.
Perut : pembesaran sesuai umur kehamilan, terdapat striae gravidarum ( striae albican), terdapat linea nigra dan tidak ada bekas luka jaitan/ operasi.
Genetalia : warna kebiru-biruan (tanda chadwick) tidak terdapat luka partut, varices (-) dan oedema (-) ada darah + lendir
Anus : tidak terdapat hemoroid
Ekstremitas atas: simetris, tidak ada gangguan pergerakan, tidak ada oedema tidak ada sindaktil dan polydactil.
Ekstremitas bawah: simetris, tidak ada ganguan pergerakan, tidak ada oedema tidak oedema tidak sindaktil dan polydactyl.
4. Palpasi
Leher : tidak teraba pembesaran vena jugularis dank kel tyroid
Payudara : tidak teraba benjolan abnormal pada payudara.
Pemeriksaan leopold :
Lepold I : TFU : 3 jari bawah px (34 cm), teraba bulat, lunak tidak melenting dibagian fundus.
Leopold II : teraba keras memanjang seperti papan dibagian kanan dan dibagian kiri teraba bagian kecil janin.
Leopold III: bagian bawah janin teraba bulat, keras melenting (kepala) kepala sudah masuk PAP (divergen).
5. Auskultasi
DJJ : 140x/ menit : 5 detik 12 x 5 detik tidak
5 detik 11 x 5 detik tidak
5 detik 12 x 5 detik tidak
35×4 = 140x/ menit
Puntum maksimum terletak sebelah kanan perut dibawah pusat
- Teori Mc. Donald
TFU : 34cm
TBBJ: (TFU-11) x 155 = (34-11) x 155 = 3465 gr
6. Perkusi
Reflek patella kanan dan kiri +/+
7. Pemeriksaan dalam (vagina toucher)
Tanggal 9 mei 2011 jam : 14.00
Vulva : mengeluarkan lendir bercampur darah
Pembukaan : 5 cm bagian terdahulu : UUK
Ketuban : utuh bagian terkecil : tidak ada
Effecemen : 50% bagian terendah : kepala
Hodge : II
8. Pemeriksaan penunjang
- HB = 11 gr/dl
- Golongan darah = 0
II. INTEPRETASI DATA DASAR
Diagnosa (Dx) : Ny A kala I-IV dengan persalinan normal
Ds : Ibu mengatakan ini kehamilan yang ketiga mulai jam 12.00 WIB tanggal 9 mei 2011 merasa kenceng-kenceng pada perutnya, serta keluar darah bercampur lendir dari kemaluannya.
Do : TTV:
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,5
RR : 20x/ menit
VT :
Vagina : mengeluarkan darah bercampur lendir
Pembukaan : 5 cm bagian terkecil : tidak ada
Ketuban : utuh bagian terendah: kepala
Effecemen : 50% hodge : 2
Bagian terdahulu: UUK depan
DJJ : 140x/menit
5 detik 12x 5 detik tidak
5 detik 11x 5 detik tidak
5 detik 12x 5 detik tidak
35 x 4 = 140x/ menit
TBBJ : (TFU-11) x 155= (34- 11 ) x 155 = 3465 gr
Leopold I : TFU = 3 jari bawah px (34cm), teraba bulat.
Leopold II : Teraba keras memanjang seperti papan di bagian kanan, dan dibagian kiri teraba bagian kecil janin.
Leopold III : Bagian bawah, janin teraba bulat, keras melenting(kepala), kepala sudah masuk PAP(divergen).
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP (3/5)
Masalah : ibu merasa cemas dalam proses persalinan nanti, karena kelahiran anak ketiga ini sangat dinanti-nantikan.
Kebutuhan : - pendekatan dan dukungan emosional
- posisi nyaman
- observasi TVV
- cairan dan nutrisi
- pencegahan infeksi
- eliminasi
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Diagnosa potensial : tidak ada
Diagnose potensial : tidak ada
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Tidak ada
V. INTERVENSI (Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh)
Dx : Ny A kala I-IV dengan persalinan normal
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan persalinan dapat terjadi secara dan tidak melewati garis waspada.
Kriteria Hasil : TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 80-100 x/mnt
S : 36,5 - 37,4
RR : 16-24 x/menit
HIS : 4×10 menit > 40 detik
Pembukaan : 10 cm
Penurunan kepala : 0/5 bagian
Effacement : 100%
Perdarahan Normal : kurang dari 500 cc
Lama kala I multi : 6-7 jam
DJJ : 120-160x/menit
Intervensi
1. Berikan dukungan emosional dan pendekatan terapiutik
R/ memberikan dukungan dan pendekatan yang baik akan terjalin kerjasama serta kepercayaan pasien terhadap petugas kesehatan
2. Berikan posisi yang nyaman dan relaks
R/ kondisi tubuh yang nyaman dan tenang akan membantu meringankan kecemasan pasien dalam menghadapi proses persalinan juga akan mempermudah persalinan
3. Bombing ibu bagaimana cara mengejan yang benar
R/ sikap kooperatif ibu dapat menciptakan kerjasama yang baik antara ibu dan petugas kesehatan sehingga mempermudah persalinan
4. Lakukan observasi CHPB (contonen tiap jam, his tiap 10 menit, penurunan kepala tiap 4 jam, bandle bila ada indikasi)
C: contonen (DJJ)
R/ DJJ sangat perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan perkembangan janin
H: His (kontraksi uterus)
R/mengetahui kekuatan uterus, mendeteksi dini adanya komplikasi
P: penurunan bagian terbawah ke dalam panggul
R/ penurunan kepala memantau kemajuan persalinan
B: bandle (tanda adanya rupture uteri imminent dengan adanya bundaran berbatas tegas diatas sympysis)
R/ mendeteksi adanya rupture uteri iminent
5. Lakukan observasi TTV
R/ deteksi dini adanya komplikasi pada ibu dan janin
6. Berikan cairan dan nutrisi
R/ dehidrasi bisa menyebabkan melemahnya tenaga untuk mengejan karena cairan dan nutrisi ibu sendiri diolah oleh tubuh dan diprodujsi sebagai bahan energi
7. Lakukan tindakan dengan tekhnik antiseptic
R/ mencegah terjadinya infeksi
8. Lakukan pemantauan eliminasi
R/ penurunan kepala dapat terhambat karena penuhnya kandung kemih
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal/jam
Percobaan dan Hasil
TTD
9 Mei 2011
14.00 wib
1. memberikan dukungan emosional dan pendekatan terapiutik dengan cara menjelaskan mengenai keasaan pasien untuk tenang, berdoa serta memberikan dukungan bahwa dengan kondisi yang tenang akan mempermudah dan mempercepat proses persalinan
2. memberikan posisi yang nyaman bagi klien, salah datunya dengan posisi miring kiri, miring kanan dan mengajarkan relaksasi dan nafas penjang dihirup melalui hidung dan dihembuskan melalui mulut.
3. membimbing ibu bagaimana mengejan yang baik dan benar yaitu dagu ditempatkan di dada, mulut terbuka tanpa suara, mengejan saat ada his/ perut kenceng.
4. memberikan makan dan minuman selama dan akan menghadapi proses persalinan, dengan memberikan air putih pada pasien, makanan ringan, susu dan teh manis.
5. melakukan segala tindakan dengan mengunakan technik anti septic, seperti mencuci tangan 13 langkah. Serta memakai hanscoon bila aka melakukan pemeriksaan dalam dan akan menolong persalinan.
6. memantau sudahkan ibu BAB dan BAK dengan memeriksa kandung kemihnya.
BAB = tidak
BAK = ya, sebanyak 250 cc
7. melakukan observasi (HPB, VT dan TTV)
C (contonen)= 140x/menit
5 detik 12x 5 detik tidak
5 detik 11x 5detik tidak
5 detik 12x 5detik tidak
35 x 4 = 140x/menit
H (His): 5x dalam 10 menit selama 20-40 detik
P (penurunan): 3/5
B (Bandle): tidak ada
TD: 120/80 mmHg S: 36,5oc
N : 80 x/menit RR: 20 x/menit
VT:
vulva : mengeluarkan lendir bercampur darah
pembukaan : 5 cm
ketuban : utuh
effacement : 50%
bag. Terdahulu: UUK
bag terkecil: tidak ada
bag terendah: kepala
hodge: II
14.30
His: 5x dalam 10 menit selama 45 detik
DJJ: 140x/menit
N: 88x/menit
15.00
His: 5x dalam 10 menit selama 45 detik
DJJ: 140x/menit
N: 88x/menit
15.30
Observasi CHPB, VT, TTV
C (contonen): 140x/menit
H (His): 5x dalam 10 menit selama 45 detik
P (penurunan) : 1/5
B (bandle): tidak ada
TD: 120/80 mmHg S: 36,5oc
N : 80 x/menit RR: 20 x/menit
VT:
vulva : mengeluarkan lendir bercampur darah
pembukaan : 10 cm
ketuban : jernih
effacement : 100%
bag. Terdahulu: UUK
bag terkecil: tidak ada
bag terendah: kepala
hodge: III
VII. EVALUASI
Tanggal: 9 Mei 2011 Jam: 15.30 wib
S : ibu merasa perutnya lebih sering mules dan sakit
O : K/U: baik, kesadaran : composmentis
TD: 120/80 mmHg S: 36,5oc
N : 80 x/menit RR: 20 x/menit
VT:
vulva : mengeluarkan lendir bercampur darah
pembukaan : 10 cm
ketuban : jernih
effacement : 100%
bag. Terdahulu: UUK
bag terkecil: tidak ada
bag terendah: kepala
hodge: III
A : Ny A G3P11001 UK 38-40 minggu janin tunggal hidup intra uteri
letak kepala, inpartu kala I fase aktif dengan keadaan ibu dan janin baik
P : berikan dukungan emosional pada ibu
Beri ibu nutrisi (minum/makan) sedikit demi sedikit
Lihat tanda gejala kala II
KALA II
Tanggal: 9 Mei 2011 jam: 15.35 wib
S : ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
O : K/U baik, kesadaran composmentis
Ada tanda gejala kala II:
ada dorongan kuat untuk meneran
ada tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
perineum tampak menonjol
vulva dan sfingter ani membuka
A : Ny A dengan kala II
P : berikan dukungan emosional pada ibu
Beri ibu nutrisi (minum/makan) sedikit demi sedikit
Asuhan persalinan normal
KALA II
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala II (doran, teknus, perjol, vulka)
2. Memeriksa kelengkapan alat dan mematahkan ampul oksitosin serta memasukan spuit kedalam partus set.
3. Memakai clemek plastic
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi.
5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Masukan oksitosin kedalam tabung suntik.
7. Membersihkan vulva dan perineum dari depan kebelakang dengan kapas.
8. Melakukan pemeriksaan dalam, untuk memastikan pembukaan lengkap.
9. Dekontaminasi sarung tangan dan cairan clorin 0,5 %
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi atau saat relaksasi uterus = DJJ= 12, 12,11= 140x/ menit
Menyiapkan Ibu Dan Keluarkan Untuk Membantu Proses Persalinan.
11. Memberi tahu ibu bahwa pembukaan lengakap keadaan
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran
13. Melakukan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika ibu merasa belum ada dorongan kuat untuk meneran
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Meletakkan handuk bersih di perut ibu jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan 1 tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal, tarik cunam bawah untuk melahirkan bahu depan dan tarik cunam atas untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki, pegang kedua mata kaki.
Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian (selintas). Bayi lahir spontan belakang kepala. Tanggal 9 Mei 2011, Jam 16.00 wib. Jenis kelamin perempuan A-S: 4-7.
Penilaian Apgar Score:
Criteria
1 menit
5 menit
Frekuensi jantung/nadi
1
2
Berusaha nafas
1
1
Tonus otot
1
1
Menangis kuat
1
1
Kulit
0
2
Jumlah
4
7
Bayi asfiksia ringan, dilakukan tindakan HAIKAP 2 menit kemudian bayi menangis (hangatkan, atur posisi, isap lendir, keringkan, atur posisi, penilaian)
26. Keringkan tubuh bayi. Mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering, biarkan bayi diatas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 IU IM, di 1/3 paha bagian atas bagian distal lateral
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm dari klem pertama
31. Dengan 1 tangan pegang tali pusat yang telah di klem, lakukan pengguntingan tali pusat diantara kedua klem. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi, lepaskan klem dan masukkan pada wadah yang disediakan
32. Letakkan bayi gar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Usahakan kepala bayi diantara kedua payaudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala.
S : ibu mengatakan lega atas bayi yang baru saja dilahirkan meskipun ada
sedikit hambatan pada bayi
O : K/U baik, kesadaran composmentis
Ada tanda-tanda lepasnya plasenta:
- Perubahan bentuk dan tinggi fundus
(uterus berkontraksi, letak uterus bertambah tinggi)
- Tali pusat semakin memanjang
- Semburan darah mendadak 75 cc
A : Ny A dengan kala III
P : penatalaksanaan aktif persalinan kala III
Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan 1 tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas sympisis untuk mendeteksi, tangan lain menegang tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat diarah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas (dorso-kranial) secara hati-hati. Jika plasenta tidak lahir dalam 30-40 menit. Hentikan peregangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, mintalah ibu, suami, atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
37. Lakukan penegangan dorso cranial hingga plasenta terlepas, mintalah ibu meneran sambil menolong menarik tali pusar dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas mengikuti poros jalan lahir.
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan dua tangan pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin, kemudian lahirkan dan tempatkan pada wadah yang telah disediakan.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir. Lakukan masase uterus. Letakan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi.
KALA IV Tanggal 9 Mei 2011 Jam: 23.10 wib
S : ibu mengatakan lega karena ari-arinya sudah lahir dengan normal
O : plasenta lahir : lengkap
Kotiledon : lengkap
Selaput Plasenta : lengkap
Berat plasenta : 500 gr
Panjang tali pusat : 48 cm
Kelainan : tidak ada
Perdarahan : 150 cc
A : Ny A P21002 post partum kala IV dengan keadaan umum baik
P : penatalaksanaan kala IV
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagaian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh, masukan plasenta kedalam kantong plastic atau tempat khusus.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum, dan lakukan penjaitan bila laserasi menyebabkan perdarahan, bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjaitan.
Prosedur Pasca Persalinan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit kekulit didada ibu, paling sedikit satu jam.
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi (mengeluarkan air liur, menendang, mencari puting susu) menyusui dini dalam waktu 30-60 menit menyusu pertama biasanya berlangsung 10-15 menit bayi cukup menyusu dari 1 payudara
b. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu
44. Setelah satu jam lakukan penimbangan, pengukuran bayi, bari salep mata antibiotic profilaksis dan vit K 0,1 mg im dip aha kiri anterolateral. Lingkar kepala= SOB= 32 cm, FO= 34 cm, MO= 35 cm. BB= 3000 gr, PB=49 cm, lida=34 cm, lila=10cm
45. Setelah 1 jam pemberian vitK, berikan suntikan imunisasi Hb uniject dip aha kanan anterolateral
46. Lanjutkan pemantauan ontraksi uterus dan mencegah perdarahan pervaginam. 2-3kali dalam 10 menit pertama, setiap 15 menit pada 1 jam pertama, setiap 30 menit pada jam kedua
47. Ajarkan ibu dan keluarga cara masase uterus dan menilai kontraksi
48. Evaluasi jumlah perdarahan
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan. Setiap 30 menit selama 2 jam pertama.
Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan, tanggal 9 Mei 2011, Jam: 16.15 wib
TD: 110/70 mmHg, N: 80x/menit, S: 36,5oc, RR: 20x/menit.
UC: baik(keras), ? perdarahan 20 cc.
50. Periksa kembali bayi untuk memastikan bayi bernafas dengan baik
51. Tempatkan peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5% untuk dekontaminasi 10 menit. Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan untuk memberikan minum dan makanan yang diinginkan.
55. Dekontaminasi tempar bersalin dengan larutan clorin
56. Celupkan sarung tangan kotor dalam larutan clorin selama 10 menit balik bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan clorin selama 10 menit
57. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang) periksa tanda vital dan asuhan kala IV.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 10 Mei 2011 jam : 06.00 wib
S : ibu ibu merasakan lega dan senang telah melahirkan dengan proses persalinan normal dan lancar
O : K/U : baik
TD : 120/80 mmHg N : 88x/menit
S : 36,5oc RR : 24x/menit
? perdarahan : 2 kotek
TFU : 2 jari dibawah pusat
UC : baik
Lochea : Rubra
Bayi lahir spontan belakang kepala jam: 16.00 wib, tanggal 9 Mei 2011
BB : 3000 gr
PB : 49 cm
Jenis kelamin : perempuan
A : Ny A P21002 post partum spontan belakang kepala hari pertama dengan keadaan umum baik
P : - Observasi nifas (meliputi TTV, lochea, tinggi fundus, perdarahan. Kontraksi uterus)
- Observasi bayi (meliputi keadaan tali pusat, pernafasan, ikhterus atau tidak, hipotermi atau tidak)
- Ajarkan ibu dan keluarga cara masase fundus (letakkan tangan diatas fundus, lakukan pemijatan memutar searah jarum jam)
- Penyuluhan:
1. Anjurkan ibu mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna (nasi, sayur mayur, lauk-pauk, buah, susu) dan ibu tidak boleh tarak (gizi seimbang)
2. Ajarkan ibu cara merawat BBL (memandikan bayi dengan air hangat, ganti kasa tali pusat, biarkan tali pusat tetap kering tanpa diberi alcohol atau obat-obatan)
3. Beritahu ibu untuk membersihkan alat kelamin (vulva) dan sesering mungkin mengganti softek
4. Beritahu ibu untuk memberikan ASI sampai bayi berumur 6 bulan tanpa diberi makanan tambahan apapun (ASI ekslusif)
5. Sarankan ibu untuk menggunakan KB yang sesuai untuk ibu menyusui agar produksi ASI tidak terganggu
6. Sarankan ibu untuk istirahan cukup
7. Beritahu ibu untuk menjaga kebersihan dirinya dan merawat kebersihan payudaranya
8. Kontrol 5 hari atau jika ada keluhan


BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
setelah menyelesaikan pembahasan dengan mengembangkan tinjauan kasus dengan tinjauan pada Ny A kala I-IV dengan Persalinan Normal. Pada tahap ini penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. (Sinopsis Obstetri 1998: 91)
2. Kesamaan teori dan praktek sangatlah penting sehingga dapat diterapkan intervensi dan dapat di implementasikan
3. Pada tanggal 10 Mei 2011, jam 08.00 wib. Ibu dipulangkan dengan keadaan baik dan telah memperoleh asuhan:
- Persalinan normal
- Kunjungan nifas 6-8 jam
- Nutrisi seimbang
- Konseling ibu dan bayi
B. Saran
1. Bagi petugas kesehatan
a. Agar lebih sabar serta telaten dalam membimbing peserta praktek.
b. Dapat menerapkan teori dengan lapangan/lahan praktek sesuai dengan standart kesehatan
2. Mahasiswa
a. Agar mahasiswa dapat menggali ilmu lebih dalam lagi dalam memahami teori sehingga dapat diterapkan di lahan praktek.
b. Supaya mahasiswa lebih disiplin serta mengefisienkan waktu dalam menjalankan tugasnya.
3. Bagi klien
Klien hendaknya lebih memperhatikan kesehatan dirinya serta melakukan asuhan yang diberikan.


DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul, dkk. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: JNPK-KR
Prawiharjo, Sarwono. 2008. Ilmu kebidanan. Jakarta: YPB SP
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1996. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo.
Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Jumat, 18 Februari 2011

PEMERIKSAAN KEHAMILAN / ANC (ANTE NATAL CARE)

Dr. Suparyanto, M.Kes

PEMERIKSAAN KEHAMILAN / ANC (ANTE NATAL CARE)

PENGERTIAN ANC
  • Kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi adalah setiap kontak tenaga kesehatan baik diposyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI, 2008).

TUJUAN ANC
  • Menurut Mansjoer (2005), tujuan ANC adalah:
  1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
  2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
  3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
  4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
  5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
  6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

KEBIJAKAN PROGRAM
  1. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan (Saifudin, 2006), yaitu:
  1. Satu kali trimester pertama
  2. Satu kali trimester kedua
  3. Dua kali trimester ketiga.

KRITERIA KETERATURAN ANC
  • Pemeriksaan kehamilan di lakukan berulang-ulang dengan ketentuan sebagai berikut :
  1. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan.
  2. Periksa ulang 1 x sebelum sampai kehamilan 7 bulan.
  3. Periksa ulang 2 x sebulan sampai kehamilan 9 bulan.
  4. Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan
  5. Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan.
  • Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, ibu hamil secara ideal melaksanakan perawatan kehamilan maksimal 13 sampai 15 kali. Dan minimal 4 kali, yaitu l kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimister III. Namun jika terdapat kelainan dalam kehamilannya, maka frekuensi pemeriksaan di sesuaikan menurut kebutuhan masing- masing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dikatakan teratur jika ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan ≥4 kali kunjungan, kurang teratur : pemeriksaan kehamilan 2-3 kali kunjungan dan tidak teratur jika ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan kehamilan < 2 kali kunjungan (WHO, 2006).

PELAYANAN ANC
  • Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya (Saifudin, 2006).
  • Bidan harus dapat mengenali perubahan yang mungkin terjadi, sehingga kelainan yang ada dapat dikenali lebih dini. Ibu diberi tahu tentang kehamilannya, perencanaan tempat bersalin, juga perawatan bayi dan menyusui (Mansjoer, 2005).
  • Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen (Saifudin, 2006) sebagai berikut:
1. Informasi yang dapat diberikan
  • Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal.
  • Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia harus lebih dijaga karena selama kehamilan terjadi peningkatan sekret vagina.
  • Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan tinggi serat.
  • Pemakian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan dokter atau tenaga medis lainnya.
  • Wanita perokok atau peminum alkohol harus menghentikan kebiasaannya. Suami perlu diberi pengertian tentang keadaan istrinya yang sedang hamil.

2. Anamnesis
  • Pada wanita dengan haid terlambat dan diduga hamil. Ditanyakan hari pertama haid terakhir (HPHT). Taksiran partus dapat ditentukan bila HPHT diketahui dan siklus haidnya teratur + 28 hari dengan menggunakan rumus Naegele.
  • Bila ibu lupa HPHT, tanyakan tentang hal lain seperti gerakan janin. Untuk primigravida gerakan janin terasa pada kehamilan 18 minggu, sedangkan multigravida 16 minggu. Nausea biasanya hilang pada kehamilannya 12-14 mingggu.
  • Tanyakan riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya serta berat bayi yang pernah dilahirkan. Demikian pula riwayat penyakit yang pernah diderita seperti penyakit jantung, paru, ginjal, diabetes melitus. Selain itu ditanyakan riwayat menstruasi, kesehatan, keluarga, sosial, obstetri, kontrasepsi, dan faktor risiko yang mungkin ada pada ibu.

3. Pemeriksaan umum
  • Pada ibu hamil yang datang pertama kali lakukan penilaian keadaan umum, status gizi dan tanda vital. Pada mata dinilai ada tidaknya konjungtiva pucat, sklera ikterik, edema kelopak mata, dan kloasma gravidarum. Periksa gigi untuk melihat adanya infeksi lokal. Periksa pula jantung, paru, mammae, abdomen, anggota gerak secara lengkap.

4. Pemeriksaan Obstetri
  • Terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Sebelum pemeriksaan kosongkan kandung kemih. Kemudian ibu diminta berbaring terlentang dan pemeriksaan dilakukan di sisi kanan ibu.

5. Pemeriksaan luar
  • Lihat apakah uterus berkontraksi atau tidak. Bila berkontraksi, harus ditunggu sampai dinding perut lemas agar dapat diperiksa dengan teliti. Agar tidak terjadi kontraksi dinding perut akibat perbedaan suhu dengan tangan pemeriksa, sebelum palpasi kedua tangan pemeriksa digosokkan dahulu.
  • Cara pemeriksaan yang umum digunakan cara Leopold yang dibagi dalam 4 tahap. Pada pemeriksaan Leopold I, II, dan III pemeriksa menghadap ke arah muka ibu, sedangkan pada Leopold IV ke arah kaki. Pemeriksaan Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri, sehingga usia kehamilan dapat diketahui. Selain secara anatomi, tinggi fundus uteri dapat ditentukan dengan pita pengukur. Bandingkan usia kehamilan yang didapat dengan hari pertama haid terakhir. Selain itu, tentukan pula bagian janin pada fundus uteri: Kepala teraba sebagai benda keras dan bulat, sedangkan bokong lunak dan tidak bulat.
  • Dengan pemeriksaan Leopold II ditentukan batas samping uterus dan posisi punggung pada bayi letak memanjang. Pada letak lintang ditentukan kepala. Pemeriksaan Leopold III menentukan bagian janin yang berada di bawah.
  • Leopold IV selain menentukan bagian janin yang berada di bawah, juga bagian kepala yang telah masuk pintu atas panggul (PAP). Bila kepala belum masuk PAP teraba balotemen kepala.
  • Dengarkan DJJ pada daerah punggung janin dengan stetoskop monoaural atau doppler. Dengan stetoskop monoaural BJJ terdengar pada kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler terdengar pada kehamilan 12 minggu.
  • Dari pemeriksaan luar diperoleh data berupa usia kehamilan, letak janin, persentase janin, kondisi janin, serta taksiran berat janin.
  • Taksiran berat janin ditentukan berdasarkan rumus Johnson Toshack. Perhitungan penting sebagai pertimbangan memutuskan rencana persalinan pervaginam secara spontan. Rumus tersebut:
  • Taksiran Berat Janin (TBJ) = (Tinggi fundus uteri (dalam cm) – N) X 155.
  1. N = 13 bila kepala belum melewati PAP
  2. N = 12 bila kepala masih berada di atas spina iskiadika
  3. N = 11 bila kepala masih berada di bawah spina iskiadika.

6. Pemeriksaan dalam
  • Siapkan ibu dalam posisi-litotomi lalu bersihkan daerah vulva dan perineum dengan larutan antiseptik. Inspeksi vulva dan vagina apakah terdapat luka, varises, radang, atau tumor. Selanjutnya lakukan pemeriksaan inspekulo. Lihat ukuran dan warna porsio, dinding, dan sekret vagina. Lakukan pemeriksaan colok vagina dengan memasukan telunjuk dan jari tengah. Raba adanya tumor atau pembesaran kelenjar di liang vagina. Periksa adanya massa di adneksa dan parametrium. Perhatikan letak, bentuk, dan ukuran uterus serta periksa konsistensi, arah, panjang, porsio, dan pembukaan servik. Pemeriksaan dalam ini harus dilakukan dengan cara palpasi bimanual.
  • Ukuran uterus wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam. Pada kehamilan 8 minggu sebesar telur bebek, 12 minggu sebesar telur angsa, dan 16 minggu sebesar kepala bayi atau tinju orang dewasa.

7. Pemeriksaan panggul
  • Lakukan penilaian akomodasi panggul bila usia kehamilan 36 minggu karena jaringan dalam rongga panggul lebih lunak, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit. Masukkan telunjuk dan jari tengah ke dalam liang vagina. Arahkan ujung kedua jari ke promontorium, coba untuk merabanya. Bila teraba, tentukan panjang konjugata diagonalis. Dengan ujung jari menelusuri linea inominata kiri dan kanan sejauh mungkin, tentukan bagian yang teraba. Raba lengkung sakrum dan tentukan apakah spina iskiadika kiri dan kanan menonjol ke dalam. Raba dinding pelvik, apakah luruh atau konvergen ke bawah dan tentukan panjang distansia interspinarum. Arahkan bagian palmar jari-jari tangan ke dalam simfisis dan tentukan besar sudut yang dibentuk antara os pubis kiri dan kanan.

8. Pemeriksaan laboratorium
  • Pada kunjungan pertama diperiksa kadar hemoglobin darah, hematokrit, dan hitung leukosit. Dari urin diperiksa beta-hCG, protein, dan glukosa.

DAMPAK IBU HAMIL TIDAK ANC
  1. Meningkatnya angka mortalitas dan morbilitas ibu
  2. Tidak terdeteksinya kelainan-kelainan kehamilan
  3. Kelainan fisik yang terjadi pada saat persalinan tidak dapat dideteksi secara dini.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTAK IBU HAMIL DENGAN TENAGA KESEHATAN (K1)
(Depkes RI, 2008) (kontak ibu hamil diartikan sebagai kepatuhan dalam pelaksanaan antenatal care)

1.Faktor internal

a. Paritas
  • Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang ANC, sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan kehamilannya.
b. Usia
  • Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa. Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berpikir secara rasional dan matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan.

2. Faktor eksternal

a. Pengetahuan
  • Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan.
b. Sikap
  • Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keteraturatan ANC. Adanya sikap lebih baik tentang ANC ini mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin.
c. Ekonomi
  • Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan energi dan protein (KEK). Hal ini disebabkan tidak mampunya keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.
d. Sosial budaya
  • Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Perubahan sosial budaya terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang.
  • Tatanan budaya mempengaruhi dalam keputusan ibu dalam memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan.
e. Geografis
  • Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan, ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil.
f. Informasi
  • Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang, biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh terhadap perilaku, biasanya melalui media massa (Saifudin, A, 2005). Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care.
g. Dukungan
  • Dalam kamus besar bahasa Indonesia yang berarti sokongan dan bantuan, disini dukungan dalam penentuan sikap seseorang berarti bantuan atau sokongan dari orang terdekat untuk melakukan kunjungan ulang.
  • Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdo’a untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan (Harymawan, 2007).


DAFTAR PUSTAKA

  1. Almatsier, 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Rineka Cipta
  2. Azwar, 2007. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Jakarta : PT. Rineka Cipta
  3. BKKBN. 2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta : BKKBN
  4. Bobak, 2000. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC
  5. Degresi. 2005. Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta
  6. Depkes RI, 2004. Penilaian K I dan K IV. Jakarta : Depkes RI
  7. Depkes RI. 2007. Perawatan Kehamilan (ANC). http://www.depkes.go.id diakses pada tanggal 15 Maret 2010
  8. Depkes RI. 2008. Panduan Pelayanan Antenatal. Jakarta : Depkes RI
  9. Dinkes Jatim. 2009. Standar Pelayanan Minimal. http://www.dinkes-jatim.go.id. diakses tanggal 15 Maret 2010
  10. Effendy. 2005. Keperawatan Keluarga. JAKARTA : EGC
  11. Farrer, 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC
  12. Fitramaya, 2008. Asuhan Ibu Hamil. Yogyakarta : Dian Press
  13. Friedman, 2004. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
  14. Harymawan. 2007. Dukungan Suami Dan Keluarga. http://www.infowikipedia.com. diakses pada tanggal 15 Maret 2010
  15. Hiudayat. 2009. Metode Persalinan Normal dan Komplikasi Bayi Baru Lahir. Jakarta : JNPK-KR
  16. Mandriwati. 2007. Setiap Jam Dua Ibu Hamil Meninggal. http://www. Indoskripsi.com., diakses pada tanggal 15 Maret 2010-07-22
  17. Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
  18. Monika. 2009. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku. http://www.infowikipedia.com. diakses pada tanggal 15 Maret 2010
  19. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia
  20. Niven. 2008. Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat Dan Profesional. Jakarta : EGC
  21. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
  22. Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta
  23. Nursalam. 2008. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Dan Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
  24. Pranoto. 2007. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
  25. Pudjiadi, 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta
  26. Putriazka. 2007. Angka Kematian Ibu Dan Bayi Tertinggi Di ASEAN. Hidayat. 2006. Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
  27. Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC
  28. Saifudin. 2005. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo
  29. Sakinah. 2005. Antenatal Care. http://www.info-wikipedia.com. Diakses tanggal 25 April 2010
  30. Sarafino. 2003. Dukungan Keluarga. Jakarta : Salemba Medika
  31. Siregar, 2004. Psikologi Keperawatan Dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika
  32. Slamet B. 2007. Psikologi Umum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
  33. Sofyan, 2006. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Madika
  34. Sugiono. 2008. Statistik Untuk Penelitian. Jakarta : PT. Rineka cipta
  35. Suririnah. 2008. Tanda Bahaya Pada Kehamilan Trimester I. http://www.kes-pro.coom.id diakses tanggal 15 Maret 2010
  36. Verney. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC. Hal : 36-39
  37. WHO. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal. Jakarta : Media Aesclapius Press

Manuver Leopold, Pemeriksaan Leopold pada Ibu Hamil dan Pemeriksaanya




Manuver Leopold merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu bayi untuk menentukan posisi dan letak janin dengan melakukan palpasi abdomen, namun menjadi sulit dilakukan bila bertemu dengan ibu hamil yang obes atau dengan ibu hamil yang memiliki jumlah cairan amnion berlebih. Beberapa persiapan yang perlu dilakukan oleh perawat sebelum melakukan manuver Leopold:
1. Bina hubungan saling percaya.
2. Anjurkan klien untuk mengosongkan kandung kemih sebelum tindakan dilakukan.
3. Anjurkan klien untuk tidur telentang rata punggung dengan lutut sedikit fleksi.
4. Cuci tangan dengan air hangat.
5. Alat-alat yang digunakan: laenec atau Doppler, selimut, handuk kecil, tempat tidur antenatal.
6. Buka pakaian klien mulai dari prosesus xipoideus sampai dengansimfisis pubis, tutupi dengan selimut pada bagian yang akan diperiksa.
Manuver Leopold terdiri dari 4 langkah. Masing-masing langkah memiliki tujuan yang berbeda-beda
Manuver Leopold I, bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan bagian lain yang terdapat pada bagian fundus uteri. Dengan cara:
1. Wajah pemeriksa menghadap kea rah ibu
2. Palpasi fundus uterus
3. Tentukan bagian janin yang ada pada fundus
Manuver Leopold II, bertujuan untuk menentukan punggung dan bagian kecil janin di sepanjang sisi material, dengan cara:
1. Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu.
2. Palpasi dengan satu tangan pada tiap sisi abdomen.
3. Palpasi janin di antara dua tangan.
4. Temukan mana punggung dan bagian ekstremitas.
Manuver Leopold III, bertujuan untuk membedakan bagian persentasi dari janin dan sudah masuk dalam pintu panggul, dengan cara:
1. Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu.
2. Palpasi di atas simfisis pubis. Beri tekanan pada area uterus.
3. Palpasi bagian presentasi janin di antara ibu jari dan keempat jari dengan menggerakkan pergelangan tangan. Tentukan presentasi janin.
4. Jika ada tahanan berarti ada penurunan kepala.
Manuver Leopold IV, bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan pada pemeriksaan Leopold III dan untuk mengetahui sejauh mana bagian presentasi sudah masuk pintu atas panggul. Memberikan informasi tentang bagian presentasi : bokong atau kepala, sikap/attitude (fleksi atau ekstensi), dan station (penurunan bagian presentasi), dengan cara:
1. Wajah pemeriksa menghadap ke arah ekstremitas ibu.
2. Palpasi janin di antara dua tangan.
3. Evaluasi penurunan bagian presentasi.

Pemeriksaan Leopold pada ibu hamil

Leopold 1
  • Letakkan sis lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong uterus ke bawah (jika diperlukan, fiksasi terus bawah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk tangn kanan dibagian lateral depan kanan dan kiri setinggi atas simfisis)
  • Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah) kemudian atur posisi pemeriksa sehingga menghadap ke bagian kepala ibu.
  • Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian.
Leopold 2
  • Letakkan tepakan tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secra sejajar dan pada ketinggian yang sama.
  • Mulai dari bagian atas tekan secra bergantian atau bersamaan (simultan) telapak tangan tangan kiri dan kanan kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (ekstremitas)
Leopold 3
  • Atur posisi pemeriksa pada sis kanan dan menghadap ike bagian kaki ibu.
  • Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak tangn kanan bawah perut ibu.
  • Tekan secra lembut dan bersamaan/bergantian untuk mentukan bagian terbawah bayi (bagian keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris adalah bokong)
Leopold 4
  • Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis
  • Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan lemudian rapatkan semua jari-jari tangan yang meraba dinding bawah uterus
  • Perhatikan sudt yang terbentuk oleh jari-jari konvergen atau divergen
  • Setelah itu pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah bayi (bila presentasi kepala upayakan memegang  bagian kepala di dekat leher dan bila presentasi bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi).
  • Fiksasikan bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian letakkan jari-jari tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul.

PEMERIKSAAN LEOPOLD


Salah satu pemeriksaan yang dilakukan saat Ante Natal Care adalah pemeriksaan Leopold. Pemeriksaan ini terdiri dari 4 tindakan yang masing-masing dilakukan untuk mengetahui presentasi bayi dalam rahim. Berikut dijelaskan gerakan-gerakan yang dilakukan saat pemeriksaan Leopold :
Leopold I
Mengetahui letak presentasi kepala dan bokong.
- menghadap ke kepala pasien gunakan ujung jari kedua tangan untuk mempalpasi fundus uteri.
- apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras, bulat dan mudah digerakkan dan “ballotable”.
- apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lembut, tidak beraturan, tidak rata, melingkar dan sulit digerakkan.

Leopold II
Maneuver ini untuk mengidentifikasi hubungan bagian tubuh janin ke depan, belakang atau sisi pelvis ibu.
- menghadap ke kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen, pertahankan uterus dengan tangan yang satu dan palpasi sisi lain untuk menentukan lokasi punggung janin.
- bagian punggung akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan. bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk / posisi tidak jelas dan menonjol, dan mungkin bisa bergerak pasif atau aktif.
Leopold III
Maneuver ini mengidentifikasikan bagian janin yang paling dekat dengan serviks. Bagian janin inilah yang pertama kali kontak dengan jari pada saat pemriksaan vagina, umumnya adalah kepala atau bokong. Langkah pemeriksaan :
- letakkan tiga ujung jari kedua tangan pada kedua sisi abdomen pasien tepat diantara simphisis dan minta pasien untuk menarik nafas dan menghembuskannya. Pada saat pasien menghembuskan nafas, tekan jari tangan ke bawah secara perlahan dan dalam di sekitar bagian presentasi.
Leopold IV
Maneuver ini mengidentifikasi bagian terbesar dari ujung kepala janin yang dipalpasi di bagian sisi pelvis. Apabila posisi kepala fleksi ujung kepala adalah bagian depan kepala. Apabila posisi kepala ekstensi, ujung kepala adalah bagian oksiput. Langkah Pemriksaan :
- menghadap ke longlegs pasien. Secara perlahan gerakkan jari tangan ke sisi bawah abdomen ke arah pelvis hingga ujung jari salah satu tangan menyentuh tulang terakhir. Inilah ujung kepala. Jika bagian ujung terletak di bagian yang berlawanan dengan punggung, ini adalah pundak bayi dan kepala pada posisi fleksi. Jika kepala pada posisi ekstensi, ujung kepala akan terletak pada bagian yang sama dengan punggung dan bagian oksiput menjadi ujung kepala.
Referensi
Rachmawati, I.N., Budiati, T., & Rahmawati, C.(2008). Panduan Praktikum Prosedur Pemeriksaan Fisik Antenatal. Depok.
            Penuntun CSL Sistem Reproduksi Fakultas Kedokteran UNHAS 2009

Kamis, 02 Desember 2010/

Pemeriksaan Leopold Pada Ibu Hamil


Pemeriksaan Leopold I
untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang berada dalam fundus uteri.
Petunjuk cara pemeriksaan :
  • Atur posisi pemeriksa sehingga menghadap ke bagian kepala ibu. letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong uterus ke bawah (jika diperlukan, fiksasi terus bawah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan kanan dibagian lateral depan kanan dan kiri setinggi atas simfisis)
  • Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah).
  • Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan bagian bayi yang ada pada bagian fundus dengan jalan menekan secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian.
  • Konsistensi uterus.
Pemeriksaan Leopold II
Untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus, pada letak lintang tentukan di mana kepala janin. 
Petunjuk pemeriksaan
  • Menghadap ke kepala pasien, letakkan tepakan tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang sama.
  • Mulai dari bagian atas tekan secra bergantian atau bersamaan (simultan) telapak tangan tangan kiri dan kanan kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (ekstremitas).





Pemeriksaan Leopold III
Untuk menentukan bagian janin apa yang berada pada bagian bawah dan apakah sudah masuk atau masih goyang.
Petunjuk cara memeriksa :
  • Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap ke bagian kaki ibu.
  • Atur posisi lutut ibu dalam posisi fleksi,
  • Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak tangan kanan bawah perut ibu.
  • Tekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk mentukan bagian terbawah bayi (bagian keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris adalah bokong)
  • Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari lainnya kemudian goyang bagian terbawah janin.

Pemeriksaan Leopold IV
Untuk menentukan presentasi dan “engangement”.
Petunjuk dan cara memeriksa :
  • Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis.
  • Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan kemudian rapatkan semua jari-jari tangan yang meraba dinding bawah uterus.
  • Perhatikan sudut yang terbentuk oleh jari-jari konvergen atau divergen.
  • Setelah itu pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah bayi (bila presentasi kepala upayakan memegang  bagian kepala di dekat leher dan bila presentasi bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi).
  • Fiksasikan bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian letakkan jari-jari tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul.


Pemeriksaan Palpasi Leopold

Sumber : - Penuntun CSL Sistem Reproduksi Fakultas Kedokteran UNHAS 2009
               - Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri, Jakarta, 1998.


Selasa, 14 Mei 2013

الصحبة والجماعة تربية

قال الله تعالى: محمد رسول الله والذين معه أشداء على الكفار رحماء بينهم. (سورة الفتح، الآية: 29) نقف مع كلمة "معه"، فبهذه المعية والصحبة كانوا رجالا. ونقف عند التراحم بينهم، فبتلك المحبة الرحيمة كانوا جماعة.

فلا غرو إن جعلنا الصحبة والجماعة أولى الخصال، فقد أتبع الله عز وجل في الآية بعثة محمد صلى الله عليه وسلم بذكر المعية له، فهي أولى صفات المؤمنين، في ذلك الزمان وفي هذا وفي سائر الأزمنة، والرحمة بينهم مرآة لتلك المعية، ومن كان مع  رسول الله فهو مع الله، ومن بايع رسول الله فقد بايع الله، ومن أحب رسول الله فقد أحب الله.

كان رسول الله صلى الله عليم وسلم يقول كلما ارتحل في سفره: "اللهم أنت الخليفة في الأهل والصاحب في السفر"، رواه الإمام أحمد ومسلم وغيرهما، فلقوة تعلقه صلى الله عليه وسلم بربه عز وجل سرت من قلبه الطاهر مادة الإيمان إلى من صحبه، ثم امتدت الصحبة وراثة فكانت رحمة بين الصحابة والتابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين، تسري من قلب لقلب، ومن جيل لجيل، بالصحبة والمحبة والتلمذة.


Persahabatan dan Pendidikan Masyarakat

Allah swt berfirman:
) Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang dengan dia yang berat terhadap orang-orang kafir dan penyayang di antara mereka sendiri (. (QS. Al-Fath, ayat: 29) berdiri dengan kata "dia," Hanya dalam hal ini cemerlang dan persahabatan adalah laki-laki. Dan berdiri pada belas kasihan dari mereka, Fbtlk kasih cinta mereka kelompok.
Tidak heran yang membuat kami persahabatan dan kelompok kualitas pertama, dia mengikuti Allah SWT dalam ayat Mission Muhammad saw menyebutkan cemerlang dia, mereka adalah atribut pertama-tama beriman, pada saat itu, dalam hal ini dan di waktu lain, dan kasih sayang, termasuk cermin dari mereka cemerlang, dan dengan Rasul Allah adalah dengan Allah, dan bersumpah setia kepada Rasulullah telah bersumpah setia kepada Allah, dan aku mencintai Rasulullah telah mengasihi Allah.

Rasul Allah tahu dia bilang setiap kali melakukan perjalanan dalam perjalanannya: "O Khalifah orang tua dan sidekick untuk bepergian," diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim dan lain-lain, lampiran Vlqoh untuk saw dengan Tuhannya Yang Maha Kuasa Sirte dari artikel murni hatinya iman kepada sahabat, kemudian persahabatan membentang dan warisan adalah belas kasihan antara sahabat dan pengikut Maha Kuasa hari kiamat, berjalan dari hati ke hati, dan dari generasi ke generasi, persahabatan, cinta dan pemuridan.