Rabu, 15 Mei 2013

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Jumat, 18 Februari 2011

PEMERIKSAAN KEHAMILAN / ANC (ANTE NATAL CARE)

Dr. Suparyanto, M.Kes

PEMERIKSAAN KEHAMILAN / ANC (ANTE NATAL CARE)

PENGERTIAN ANC
  • Kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi adalah setiap kontak tenaga kesehatan baik diposyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI, 2008).

TUJUAN ANC
  • Menurut Mansjoer (2005), tujuan ANC adalah:
  1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
  2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
  3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
  4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
  5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
  6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

KEBIJAKAN PROGRAM
  1. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan (Saifudin, 2006), yaitu:
  1. Satu kali trimester pertama
  2. Satu kali trimester kedua
  3. Dua kali trimester ketiga.

KRITERIA KETERATURAN ANC
  • Pemeriksaan kehamilan di lakukan berulang-ulang dengan ketentuan sebagai berikut :
  1. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan.
  2. Periksa ulang 1 x sebelum sampai kehamilan 7 bulan.
  3. Periksa ulang 2 x sebulan sampai kehamilan 9 bulan.
  4. Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan
  5. Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan.
  • Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, ibu hamil secara ideal melaksanakan perawatan kehamilan maksimal 13 sampai 15 kali. Dan minimal 4 kali, yaitu l kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimister III. Namun jika terdapat kelainan dalam kehamilannya, maka frekuensi pemeriksaan di sesuaikan menurut kebutuhan masing- masing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dikatakan teratur jika ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan ≥4 kali kunjungan, kurang teratur : pemeriksaan kehamilan 2-3 kali kunjungan dan tidak teratur jika ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan kehamilan < 2 kali kunjungan (WHO, 2006).

PELAYANAN ANC
  • Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya (Saifudin, 2006).
  • Bidan harus dapat mengenali perubahan yang mungkin terjadi, sehingga kelainan yang ada dapat dikenali lebih dini. Ibu diberi tahu tentang kehamilannya, perencanaan tempat bersalin, juga perawatan bayi dan menyusui (Mansjoer, 2005).
  • Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen (Saifudin, 2006) sebagai berikut:
1. Informasi yang dapat diberikan
  • Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal.
  • Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia harus lebih dijaga karena selama kehamilan terjadi peningkatan sekret vagina.
  • Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan tinggi serat.
  • Pemakian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan dokter atau tenaga medis lainnya.
  • Wanita perokok atau peminum alkohol harus menghentikan kebiasaannya. Suami perlu diberi pengertian tentang keadaan istrinya yang sedang hamil.

2. Anamnesis
  • Pada wanita dengan haid terlambat dan diduga hamil. Ditanyakan hari pertama haid terakhir (HPHT). Taksiran partus dapat ditentukan bila HPHT diketahui dan siklus haidnya teratur + 28 hari dengan menggunakan rumus Naegele.
  • Bila ibu lupa HPHT, tanyakan tentang hal lain seperti gerakan janin. Untuk primigravida gerakan janin terasa pada kehamilan 18 minggu, sedangkan multigravida 16 minggu. Nausea biasanya hilang pada kehamilannya 12-14 mingggu.
  • Tanyakan riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya serta berat bayi yang pernah dilahirkan. Demikian pula riwayat penyakit yang pernah diderita seperti penyakit jantung, paru, ginjal, diabetes melitus. Selain itu ditanyakan riwayat menstruasi, kesehatan, keluarga, sosial, obstetri, kontrasepsi, dan faktor risiko yang mungkin ada pada ibu.

3. Pemeriksaan umum
  • Pada ibu hamil yang datang pertama kali lakukan penilaian keadaan umum, status gizi dan tanda vital. Pada mata dinilai ada tidaknya konjungtiva pucat, sklera ikterik, edema kelopak mata, dan kloasma gravidarum. Periksa gigi untuk melihat adanya infeksi lokal. Periksa pula jantung, paru, mammae, abdomen, anggota gerak secara lengkap.

4. Pemeriksaan Obstetri
  • Terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Sebelum pemeriksaan kosongkan kandung kemih. Kemudian ibu diminta berbaring terlentang dan pemeriksaan dilakukan di sisi kanan ibu.

5. Pemeriksaan luar
  • Lihat apakah uterus berkontraksi atau tidak. Bila berkontraksi, harus ditunggu sampai dinding perut lemas agar dapat diperiksa dengan teliti. Agar tidak terjadi kontraksi dinding perut akibat perbedaan suhu dengan tangan pemeriksa, sebelum palpasi kedua tangan pemeriksa digosokkan dahulu.
  • Cara pemeriksaan yang umum digunakan cara Leopold yang dibagi dalam 4 tahap. Pada pemeriksaan Leopold I, II, dan III pemeriksa menghadap ke arah muka ibu, sedangkan pada Leopold IV ke arah kaki. Pemeriksaan Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri, sehingga usia kehamilan dapat diketahui. Selain secara anatomi, tinggi fundus uteri dapat ditentukan dengan pita pengukur. Bandingkan usia kehamilan yang didapat dengan hari pertama haid terakhir. Selain itu, tentukan pula bagian janin pada fundus uteri: Kepala teraba sebagai benda keras dan bulat, sedangkan bokong lunak dan tidak bulat.
  • Dengan pemeriksaan Leopold II ditentukan batas samping uterus dan posisi punggung pada bayi letak memanjang. Pada letak lintang ditentukan kepala. Pemeriksaan Leopold III menentukan bagian janin yang berada di bawah.
  • Leopold IV selain menentukan bagian janin yang berada di bawah, juga bagian kepala yang telah masuk pintu atas panggul (PAP). Bila kepala belum masuk PAP teraba balotemen kepala.
  • Dengarkan DJJ pada daerah punggung janin dengan stetoskop monoaural atau doppler. Dengan stetoskop monoaural BJJ terdengar pada kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler terdengar pada kehamilan 12 minggu.
  • Dari pemeriksaan luar diperoleh data berupa usia kehamilan, letak janin, persentase janin, kondisi janin, serta taksiran berat janin.
  • Taksiran berat janin ditentukan berdasarkan rumus Johnson Toshack. Perhitungan penting sebagai pertimbangan memutuskan rencana persalinan pervaginam secara spontan. Rumus tersebut:
  • Taksiran Berat Janin (TBJ) = (Tinggi fundus uteri (dalam cm) – N) X 155.
  1. N = 13 bila kepala belum melewati PAP
  2. N = 12 bila kepala masih berada di atas spina iskiadika
  3. N = 11 bila kepala masih berada di bawah spina iskiadika.

6. Pemeriksaan dalam
  • Siapkan ibu dalam posisi-litotomi lalu bersihkan daerah vulva dan perineum dengan larutan antiseptik. Inspeksi vulva dan vagina apakah terdapat luka, varises, radang, atau tumor. Selanjutnya lakukan pemeriksaan inspekulo. Lihat ukuran dan warna porsio, dinding, dan sekret vagina. Lakukan pemeriksaan colok vagina dengan memasukan telunjuk dan jari tengah. Raba adanya tumor atau pembesaran kelenjar di liang vagina. Periksa adanya massa di adneksa dan parametrium. Perhatikan letak, bentuk, dan ukuran uterus serta periksa konsistensi, arah, panjang, porsio, dan pembukaan servik. Pemeriksaan dalam ini harus dilakukan dengan cara palpasi bimanual.
  • Ukuran uterus wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam. Pada kehamilan 8 minggu sebesar telur bebek, 12 minggu sebesar telur angsa, dan 16 minggu sebesar kepala bayi atau tinju orang dewasa.

7. Pemeriksaan panggul
  • Lakukan penilaian akomodasi panggul bila usia kehamilan 36 minggu karena jaringan dalam rongga panggul lebih lunak, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit. Masukkan telunjuk dan jari tengah ke dalam liang vagina. Arahkan ujung kedua jari ke promontorium, coba untuk merabanya. Bila teraba, tentukan panjang konjugata diagonalis. Dengan ujung jari menelusuri linea inominata kiri dan kanan sejauh mungkin, tentukan bagian yang teraba. Raba lengkung sakrum dan tentukan apakah spina iskiadika kiri dan kanan menonjol ke dalam. Raba dinding pelvik, apakah luruh atau konvergen ke bawah dan tentukan panjang distansia interspinarum. Arahkan bagian palmar jari-jari tangan ke dalam simfisis dan tentukan besar sudut yang dibentuk antara os pubis kiri dan kanan.

8. Pemeriksaan laboratorium
  • Pada kunjungan pertama diperiksa kadar hemoglobin darah, hematokrit, dan hitung leukosit. Dari urin diperiksa beta-hCG, protein, dan glukosa.

DAMPAK IBU HAMIL TIDAK ANC
  1. Meningkatnya angka mortalitas dan morbilitas ibu
  2. Tidak terdeteksinya kelainan-kelainan kehamilan
  3. Kelainan fisik yang terjadi pada saat persalinan tidak dapat dideteksi secara dini.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTAK IBU HAMIL DENGAN TENAGA KESEHATAN (K1)
(Depkes RI, 2008) (kontak ibu hamil diartikan sebagai kepatuhan dalam pelaksanaan antenatal care)

1.Faktor internal

a. Paritas
  • Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang ANC, sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan kehamilannya.
b. Usia
  • Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa. Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berpikir secara rasional dan matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan.

2. Faktor eksternal

a. Pengetahuan
  • Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan.
b. Sikap
  • Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keteraturatan ANC. Adanya sikap lebih baik tentang ANC ini mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin.
c. Ekonomi
  • Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan energi dan protein (KEK). Hal ini disebabkan tidak mampunya keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.
d. Sosial budaya
  • Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Perubahan sosial budaya terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang.
  • Tatanan budaya mempengaruhi dalam keputusan ibu dalam memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan.
e. Geografis
  • Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan, ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil.
f. Informasi
  • Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang, biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh terhadap perilaku, biasanya melalui media massa (Saifudin, A, 2005). Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care.
g. Dukungan
  • Dalam kamus besar bahasa Indonesia yang berarti sokongan dan bantuan, disini dukungan dalam penentuan sikap seseorang berarti bantuan atau sokongan dari orang terdekat untuk melakukan kunjungan ulang.
  • Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdo’a untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan (Harymawan, 2007).


DAFTAR PUSTAKA

  1. Almatsier, 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Rineka Cipta
  2. Azwar, 2007. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Jakarta : PT. Rineka Cipta
  3. BKKBN. 2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta : BKKBN
  4. Bobak, 2000. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC
  5. Degresi. 2005. Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta
  6. Depkes RI, 2004. Penilaian K I dan K IV. Jakarta : Depkes RI
  7. Depkes RI. 2007. Perawatan Kehamilan (ANC). http://www.depkes.go.id diakses pada tanggal 15 Maret 2010
  8. Depkes RI. 2008. Panduan Pelayanan Antenatal. Jakarta : Depkes RI
  9. Dinkes Jatim. 2009. Standar Pelayanan Minimal. http://www.dinkes-jatim.go.id. diakses tanggal 15 Maret 2010
  10. Effendy. 2005. Keperawatan Keluarga. JAKARTA : EGC
  11. Farrer, 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC
  12. Fitramaya, 2008. Asuhan Ibu Hamil. Yogyakarta : Dian Press
  13. Friedman, 2004. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
  14. Harymawan. 2007. Dukungan Suami Dan Keluarga. http://www.infowikipedia.com. diakses pada tanggal 15 Maret 2010
  15. Hiudayat. 2009. Metode Persalinan Normal dan Komplikasi Bayi Baru Lahir. Jakarta : JNPK-KR
  16. Mandriwati. 2007. Setiap Jam Dua Ibu Hamil Meninggal. http://www. Indoskripsi.com., diakses pada tanggal 15 Maret 2010-07-22
  17. Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
  18. Monika. 2009. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku. http://www.infowikipedia.com. diakses pada tanggal 15 Maret 2010
  19. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia
  20. Niven. 2008. Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat Dan Profesional. Jakarta : EGC
  21. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
  22. Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta
  23. Nursalam. 2008. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Dan Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
  24. Pranoto. 2007. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
  25. Pudjiadi, 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta
  26. Putriazka. 2007. Angka Kematian Ibu Dan Bayi Tertinggi Di ASEAN. Hidayat. 2006. Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
  27. Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC
  28. Saifudin. 2005. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo
  29. Sakinah. 2005. Antenatal Care. http://www.info-wikipedia.com. Diakses tanggal 25 April 2010
  30. Sarafino. 2003. Dukungan Keluarga. Jakarta : Salemba Medika
  31. Siregar, 2004. Psikologi Keperawatan Dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika
  32. Slamet B. 2007. Psikologi Umum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
  33. Sofyan, 2006. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Madika
  34. Sugiono. 2008. Statistik Untuk Penelitian. Jakarta : PT. Rineka cipta
  35. Suririnah. 2008. Tanda Bahaya Pada Kehamilan Trimester I. http://www.kes-pro.coom.id diakses tanggal 15 Maret 2010
  36. Verney. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC. Hal : 36-39
  37. WHO. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal. Jakarta : Media Aesclapius Press

Manuver Leopold, Pemeriksaan Leopold pada Ibu Hamil dan Pemeriksaanya




Manuver Leopold merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu bayi untuk menentukan posisi dan letak janin dengan melakukan palpasi abdomen, namun menjadi sulit dilakukan bila bertemu dengan ibu hamil yang obes atau dengan ibu hamil yang memiliki jumlah cairan amnion berlebih. Beberapa persiapan yang perlu dilakukan oleh perawat sebelum melakukan manuver Leopold:
1. Bina hubungan saling percaya.
2. Anjurkan klien untuk mengosongkan kandung kemih sebelum tindakan dilakukan.
3. Anjurkan klien untuk tidur telentang rata punggung dengan lutut sedikit fleksi.
4. Cuci tangan dengan air hangat.
5. Alat-alat yang digunakan: laenec atau Doppler, selimut, handuk kecil, tempat tidur antenatal.
6. Buka pakaian klien mulai dari prosesus xipoideus sampai dengansimfisis pubis, tutupi dengan selimut pada bagian yang akan diperiksa.
Manuver Leopold terdiri dari 4 langkah. Masing-masing langkah memiliki tujuan yang berbeda-beda
Manuver Leopold I, bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan bagian lain yang terdapat pada bagian fundus uteri. Dengan cara:
1. Wajah pemeriksa menghadap kea rah ibu
2. Palpasi fundus uterus
3. Tentukan bagian janin yang ada pada fundus
Manuver Leopold II, bertujuan untuk menentukan punggung dan bagian kecil janin di sepanjang sisi material, dengan cara:
1. Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu.
2. Palpasi dengan satu tangan pada tiap sisi abdomen.
3. Palpasi janin di antara dua tangan.
4. Temukan mana punggung dan bagian ekstremitas.
Manuver Leopold III, bertujuan untuk membedakan bagian persentasi dari janin dan sudah masuk dalam pintu panggul, dengan cara:
1. Wajah pemeriksa menghadap ke arah kepala ibu.
2. Palpasi di atas simfisis pubis. Beri tekanan pada area uterus.
3. Palpasi bagian presentasi janin di antara ibu jari dan keempat jari dengan menggerakkan pergelangan tangan. Tentukan presentasi janin.
4. Jika ada tahanan berarti ada penurunan kepala.
Manuver Leopold IV, bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan pada pemeriksaan Leopold III dan untuk mengetahui sejauh mana bagian presentasi sudah masuk pintu atas panggul. Memberikan informasi tentang bagian presentasi : bokong atau kepala, sikap/attitude (fleksi atau ekstensi), dan station (penurunan bagian presentasi), dengan cara:
1. Wajah pemeriksa menghadap ke arah ekstremitas ibu.
2. Palpasi janin di antara dua tangan.
3. Evaluasi penurunan bagian presentasi.

Pemeriksaan Leopold pada ibu hamil

Leopold 1
  • Letakkan sis lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong uterus ke bawah (jika diperlukan, fiksasi terus bawah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk tangn kanan dibagian lateral depan kanan dan kiri setinggi atas simfisis)
  • Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah) kemudian atur posisi pemeriksa sehingga menghadap ke bagian kepala ibu.
  • Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian.
Leopold 2
  • Letakkan tepakan tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secra sejajar dan pada ketinggian yang sama.
  • Mulai dari bagian atas tekan secra bergantian atau bersamaan (simultan) telapak tangan tangan kiri dan kanan kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (ekstremitas)
Leopold 3
  • Atur posisi pemeriksa pada sis kanan dan menghadap ike bagian kaki ibu.
  • Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak tangn kanan bawah perut ibu.
  • Tekan secra lembut dan bersamaan/bergantian untuk mentukan bagian terbawah bayi (bagian keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris adalah bokong)
Leopold 4
  • Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis
  • Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan lemudian rapatkan semua jari-jari tangan yang meraba dinding bawah uterus
  • Perhatikan sudt yang terbentuk oleh jari-jari konvergen atau divergen
  • Setelah itu pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah bayi (bila presentasi kepala upayakan memegang  bagian kepala di dekat leher dan bila presentasi bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi).
  • Fiksasikan bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian letakkan jari-jari tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul.

PEMERIKSAAN LEOPOLD


Salah satu pemeriksaan yang dilakukan saat Ante Natal Care adalah pemeriksaan Leopold. Pemeriksaan ini terdiri dari 4 tindakan yang masing-masing dilakukan untuk mengetahui presentasi bayi dalam rahim. Berikut dijelaskan gerakan-gerakan yang dilakukan saat pemeriksaan Leopold :
Leopold I
Mengetahui letak presentasi kepala dan bokong.
- menghadap ke kepala pasien gunakan ujung jari kedua tangan untuk mempalpasi fundus uteri.
- apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras, bulat dan mudah digerakkan dan “ballotable”.
- apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lembut, tidak beraturan, tidak rata, melingkar dan sulit digerakkan.

Leopold II
Maneuver ini untuk mengidentifikasi hubungan bagian tubuh janin ke depan, belakang atau sisi pelvis ibu.
- menghadap ke kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen, pertahankan uterus dengan tangan yang satu dan palpasi sisi lain untuk menentukan lokasi punggung janin.
- bagian punggung akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan. bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk / posisi tidak jelas dan menonjol, dan mungkin bisa bergerak pasif atau aktif.
Leopold III
Maneuver ini mengidentifikasikan bagian janin yang paling dekat dengan serviks. Bagian janin inilah yang pertama kali kontak dengan jari pada saat pemriksaan vagina, umumnya adalah kepala atau bokong. Langkah pemeriksaan :
- letakkan tiga ujung jari kedua tangan pada kedua sisi abdomen pasien tepat diantara simphisis dan minta pasien untuk menarik nafas dan menghembuskannya. Pada saat pasien menghembuskan nafas, tekan jari tangan ke bawah secara perlahan dan dalam di sekitar bagian presentasi.
Leopold IV
Maneuver ini mengidentifikasi bagian terbesar dari ujung kepala janin yang dipalpasi di bagian sisi pelvis. Apabila posisi kepala fleksi ujung kepala adalah bagian depan kepala. Apabila posisi kepala ekstensi, ujung kepala adalah bagian oksiput. Langkah Pemriksaan :
- menghadap ke longlegs pasien. Secara perlahan gerakkan jari tangan ke sisi bawah abdomen ke arah pelvis hingga ujung jari salah satu tangan menyentuh tulang terakhir. Inilah ujung kepala. Jika bagian ujung terletak di bagian yang berlawanan dengan punggung, ini adalah pundak bayi dan kepala pada posisi fleksi. Jika kepala pada posisi ekstensi, ujung kepala akan terletak pada bagian yang sama dengan punggung dan bagian oksiput menjadi ujung kepala.
Referensi
Rachmawati, I.N., Budiati, T., & Rahmawati, C.(2008). Panduan Praktikum Prosedur Pemeriksaan Fisik Antenatal. Depok.
            Penuntun CSL Sistem Reproduksi Fakultas Kedokteran UNHAS 2009

Kamis, 02 Desember 2010/

Pemeriksaan Leopold Pada Ibu Hamil


Pemeriksaan Leopold I
untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang berada dalam fundus uteri.
Petunjuk cara pemeriksaan :
  • Atur posisi pemeriksa sehingga menghadap ke bagian kepala ibu. letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong uterus ke bawah (jika diperlukan, fiksasi terus bawah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan kanan dibagian lateral depan kanan dan kiri setinggi atas simfisis)
  • Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah).
  • Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan bagian bayi yang ada pada bagian fundus dengan jalan menekan secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian.
  • Konsistensi uterus.
Pemeriksaan Leopold II
Untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus, pada letak lintang tentukan di mana kepala janin. 
Petunjuk pemeriksaan
  • Menghadap ke kepala pasien, letakkan tepakan tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang sama.
  • Mulai dari bagian atas tekan secra bergantian atau bersamaan (simultan) telapak tangan tangan kiri dan kanan kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (ekstremitas).





Pemeriksaan Leopold III
Untuk menentukan bagian janin apa yang berada pada bagian bawah dan apakah sudah masuk atau masih goyang.
Petunjuk cara memeriksa :
  • Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap ke bagian kaki ibu.
  • Atur posisi lutut ibu dalam posisi fleksi,
  • Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak tangan kanan bawah perut ibu.
  • Tekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk mentukan bagian terbawah bayi (bagian keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris adalah bokong)
  • Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari lainnya kemudian goyang bagian terbawah janin.

Pemeriksaan Leopold IV
Untuk menentukan presentasi dan “engangement”.
Petunjuk dan cara memeriksa :
  • Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis.
  • Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan kemudian rapatkan semua jari-jari tangan yang meraba dinding bawah uterus.
  • Perhatikan sudut yang terbentuk oleh jari-jari konvergen atau divergen.
  • Setelah itu pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah bayi (bila presentasi kepala upayakan memegang  bagian kepala di dekat leher dan bila presentasi bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi).
  • Fiksasikan bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian letakkan jari-jari tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul.


Pemeriksaan Palpasi Leopold

Sumber : - Penuntun CSL Sistem Reproduksi Fakultas Kedokteran UNHAS 2009
               - Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri, Jakarta, 1998.


Selasa, 14 Mei 2013

الصحبة والجماعة تربية

قال الله تعالى: محمد رسول الله والذين معه أشداء على الكفار رحماء بينهم. (سورة الفتح، الآية: 29) نقف مع كلمة "معه"، فبهذه المعية والصحبة كانوا رجالا. ونقف عند التراحم بينهم، فبتلك المحبة الرحيمة كانوا جماعة.

فلا غرو إن جعلنا الصحبة والجماعة أولى الخصال، فقد أتبع الله عز وجل في الآية بعثة محمد صلى الله عليه وسلم بذكر المعية له، فهي أولى صفات المؤمنين، في ذلك الزمان وفي هذا وفي سائر الأزمنة، والرحمة بينهم مرآة لتلك المعية، ومن كان مع  رسول الله فهو مع الله، ومن بايع رسول الله فقد بايع الله، ومن أحب رسول الله فقد أحب الله.

كان رسول الله صلى الله عليم وسلم يقول كلما ارتحل في سفره: "اللهم أنت الخليفة في الأهل والصاحب في السفر"، رواه الإمام أحمد ومسلم وغيرهما، فلقوة تعلقه صلى الله عليه وسلم بربه عز وجل سرت من قلبه الطاهر مادة الإيمان إلى من صحبه، ثم امتدت الصحبة وراثة فكانت رحمة بين الصحابة والتابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين، تسري من قلب لقلب، ومن جيل لجيل، بالصحبة والمحبة والتلمذة.


Persahabatan dan Pendidikan Masyarakat

Allah swt berfirman:
) Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang dengan dia yang berat terhadap orang-orang kafir dan penyayang di antara mereka sendiri (. (QS. Al-Fath, ayat: 29) berdiri dengan kata "dia," Hanya dalam hal ini cemerlang dan persahabatan adalah laki-laki. Dan berdiri pada belas kasihan dari mereka, Fbtlk kasih cinta mereka kelompok.
Tidak heran yang membuat kami persahabatan dan kelompok kualitas pertama, dia mengikuti Allah SWT dalam ayat Mission Muhammad saw menyebutkan cemerlang dia, mereka adalah atribut pertama-tama beriman, pada saat itu, dalam hal ini dan di waktu lain, dan kasih sayang, termasuk cermin dari mereka cemerlang, dan dengan Rasul Allah adalah dengan Allah, dan bersumpah setia kepada Rasulullah telah bersumpah setia kepada Allah, dan aku mencintai Rasulullah telah mengasihi Allah.

Rasul Allah tahu dia bilang setiap kali melakukan perjalanan dalam perjalanannya: "O Khalifah orang tua dan sidekick untuk bepergian," diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim dan lain-lain, lampiran Vlqoh untuk saw dengan Tuhannya Yang Maha Kuasa Sirte dari artikel murni hatinya iman kepada sahabat, kemudian persahabatan membentang dan warisan adalah belas kasihan antara sahabat dan pengikut Maha Kuasa hari kiamat, berjalan dari hati ke hati, dan dari generasi ke generasi, persahabatan, cinta dan pemuridan.

Jumat, 10 Mei 2013



1.    UAS BHS ARAB SM II

     1.      Terjemah ( ( ترجمة menurut bahasa adalah tafsir, sedangkan secara istilah adalah memindahkan atau menyalin gagasan, ide pikiran, pesan atau informasi lainnya,dari satu bahasa (bahasa sumber) (Source Language/ SL) ke dalam bahasa lain (bahasa sasaran) (Target Language/ TL).


Lebih rinci lagi, istilah terjemah memiliki empat makna yang berbeda. Pertama, terjemah berarti proses penyampaian informasi pada orang yang belum menerimanya. Kedua, penjelasan atau penafsiran informasi atau ucapan dengan bahasa yang sama dengan bahasa sumber (SL). Ketiga, penjelasan atau penafsiran dengan bahasa yang berbeda dari bahasa sumber (SL),dan. Keempat, terjemah berarti proses transformasi atau pemindahan dari satu bahasa (SL) ke bahasa lain (TL). Makna terjemah yang keempat inilah yang sering dipakai oleh para penulis dan penterjemah.

2.    2.       Macam-macam terjemah
Secara garis besar, terjemah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu terjemah harfiah (tekstual)    dan terjemah maknawiyah (kontekstual).

 a.  Terjemah harfiah atau sering disebut terjemah setia ialah penerjemahan dengan menyalin bahasa sumber  (SL) kata demi kata secara linier kedalam bahasa sasaran (TL) dengan tetap mempertahankan struktur kalimat bahasa sumber  (SL) secara utuh dan tanpa memperhatikan struktur bahasa target (TL). Terjemah semacam ini dianggap sebagai bentuk terjemahan yang paling buruk. Bentuk terjemahan semacam ini banyak digunakan di berbagai pondok-pesantren, khususnya dalam menerjemahkan kitab kuning.
     
b.   Terjemah Maknawiyah (kontekstual), merupakan penerjemahan yang lebih mementingkan isi        atau makna teks bahasa sumber (SL), kemudian berusaha menyuguhkan dalam gaya bahasa dan struktur kalimat yang sesuai dengan bahasa sasaran (TL).

                Di samping dua bentuk ini, masih ada lagi beberapa bentuk terjemahan lain yang merupakan pengembangan dari bentuk terjemah yang sudah ada.

3.   3.     Langkah-langkah dalam menterjemah
Ada beberap cara yang harus dilakukan dalam proses penerjemahan, yaitu:
a.      Membaca teks yang akan diterjemahkan terlebih dahulu secara umum sebelum    menterjemahkannya.   Hal ini dimaksudkan untuk menangkap ide atau gagasan umum yang termuat di dalamnya.
b.   Membaca teks pragraf demi pragraf secara seksama, serta memberi tanda pada beberapa kata atau  istilah yang mungkin belum diketahui padanannya dalam bahasa target (TL).
c.      Mempersiapkan kamus atau ensiklopedi terlebih dahulu untuk mempermudah proses terjemah.
d.    Melakukan proses terjemah dengan tetap memperhatikan keakuratan dalam pemilihan kata (diksi), idiom, tanda baca, gaya bahasa dan struktur kalimat dari kedua bahasa (SL dan TL).
e.   Membaca kembali hasil terjemahan yang sudah selesai untuk melakukan koreksi terhadap beberapa kesalahan yang mungkin terjadi. Dalam hal ini, sebaiknya penerjemah membiarkan terlebih dahulu hasil terjemahannya dalam beberapa hari, setelah itu baru ia membacanya kembali.
f.      Melakukan revisi-revisi terhadap beberapa kesalahan yang ditemukan, dan
g.   Pembacaan akhir, untuk memastikan bahwa sudah tidak ada lagi kesalahan-kesalahan, baik gramatikal, gaya bahasa,pemilihan kata maupun kesalahan ketik, dan sebagainya.

Empat DAN TRanslit